pengaruh cash flow terhadap nilai rupiah dan USD
Pelemahan rupiah terpengaruh perdagangan dengan Tiongkok

Ilustrasi.
Seorang warga melintas di depan papan iklan yang mempromosikan layanan valuta
asing renminbi (RMB) atau yuan China, dolar AS, dan Euro di sebuah gerai
penukaran uang di Hong Kong, China, Selasa (26/7). (REUTERS/Tyrone Siu)
Jakarta
(ANTARA News) - Pelemahan kurs mata uang di Asia, termasuk Indonesia, setelah
devaluasi yuan oleh Tiongkok disebabkan hubungan perdagangan negara-negara
tersebut dengan Tiongkok, kata Ekonom Senior ASEAN dan India Bank Investasi UBS
Edward Teather.
"10 persen penurunan yuan atas dolar AS berdampak signifikan kepada pasar mata uang Asia karena terdapat perubahan pada mata uang nasional dengan Tiongkok sebagai mitra dagang," ujar dia dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis.
Pada dasarnya, tutur Teather, nilai tukar negara yang terpengaruh nilai tukar mitra dagang menunjukkan hasil dalam margin negara pengekspor karena nilai tukar negara pengekpor menurun dan meningkatkan daya beli dalam negeri.
Dalam jangka panjang, menurut dia, harga, volume ekspor dan impor serta upah juga akan merespon perubahan nilai tukar mata uang.
Selain terpengaruh oleh hubungan dagang dengan Tiongkok, Teather menuturkan mata uang negara-negara Asia juga terpengaruh "capital flows".
Untuk menangani hal tersebut, Teather mengatakan pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengangkat kembali nilai rupiah dengan memancing "inflow".
"Contohnya langkah yang diumumkan BI terkait SBI untuk menstimulasi capital inflow. Selain itu juga pembatasan pembelian dolar," tutur dia.
Ia memperkirakan asumsi kebijakan yang ada di Asia dalam mengatasi hal tersebut adalah menghindari kebijakan yang menyebabkan kurs menurun serta melonggarkan kebijakan dalam sektor-sektor yang rentan terdampak kondisi ekonomi global.
Bank sentral Tiongkok, Peoples Bank of China (PBoC), mereformasi sistem pembentukan nilai tukar pada 11 Agustus menjadi lebih mencerminkan perkembangan pasar dalam nilai tukar yuan Tiongkok terhadap dolar AS.
Rupiah, ringgit, rupe dan dolar Taiwan jatuh sebanyak penurunan yuan terhadap dolar AS.
"10 persen penurunan yuan atas dolar AS berdampak signifikan kepada pasar mata uang Asia karena terdapat perubahan pada mata uang nasional dengan Tiongkok sebagai mitra dagang," ujar dia dalam telekonferensi di Jakarta, Kamis.
Pada dasarnya, tutur Teather, nilai tukar negara yang terpengaruh nilai tukar mitra dagang menunjukkan hasil dalam margin negara pengekspor karena nilai tukar negara pengekpor menurun dan meningkatkan daya beli dalam negeri.
Dalam jangka panjang, menurut dia, harga, volume ekspor dan impor serta upah juga akan merespon perubahan nilai tukar mata uang.
Selain terpengaruh oleh hubungan dagang dengan Tiongkok, Teather menuturkan mata uang negara-negara Asia juga terpengaruh "capital flows".
Untuk menangani hal tersebut, Teather mengatakan pemerintah Indonesia telah membuat kebijakan untuk mengangkat kembali nilai rupiah dengan memancing "inflow".
"Contohnya langkah yang diumumkan BI terkait SBI untuk menstimulasi capital inflow. Selain itu juga pembatasan pembelian dolar," tutur dia.
Ia memperkirakan asumsi kebijakan yang ada di Asia dalam mengatasi hal tersebut adalah menghindari kebijakan yang menyebabkan kurs menurun serta melonggarkan kebijakan dalam sektor-sektor yang rentan terdampak kondisi ekonomi global.
Bank sentral Tiongkok, Peoples Bank of China (PBoC), mereformasi sistem pembentukan nilai tukar pada 11 Agustus menjadi lebih mencerminkan perkembangan pasar dalam nilai tukar yuan Tiongkok terhadap dolar AS.
Rupiah, ringgit, rupe dan dolar Taiwan jatuh sebanyak penurunan yuan terhadap dolar AS.
Dampak Pelemahan Rupiah Lebih Buruk dari 1998


JAKARTA - Nilai tukar
Rupiah melemah semakin dalam. Kurs tengah Bank Indonesia, rupiah ditutup dengan
nilai tukar Rp14.067 per dolar AS. Pelemahan tersebut adalah yang terburuk
sejak Agustus 1998. Pelemahan kali ini dinilai akan membawa dampak lebih buruk
dibanding yang terjadi tahun 1998.
Enny Sri Hartati, Direktur Institute for Development of
Economic and Finance (INDEF) dan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri
Saparini menilai pelemahan tersebut akan memukul industri dalam negeri.
“Pada saat rupiah itu melemah,
tentu saja biaya produksi industri menjadi tinggi, sehingga akan mendesak daya
saing,” kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Hendri Saparini, Selasa
(25/8/2015).
Lebih detil lagi, Enny merinci,
selain persoalan bahan baku, industri juga akan terpukul oleh utang luar negeri
yang mereka pikul. Utang dalam dolar AS menyebabkan biaya pembayaran meningkat.
Meningkatnya beban tersebut meningkatkan biaya modal, yang ujung-ujungnya
meningkatkan harga produksi barang.
Dia mencontohkan berbagai sektor
industri yang terpukul oleh pelemahan rupiah. Diantaranya elektronik, otomotif,
termasuk properti. “Properti meningkat cukup tajam karena banyak pengembang
yang sumber pembiayaannya dari utang luar negeri,” ungkap Enny.
Dampak dari pelemahan rupiah yang
berpengaruh di tingkat produsen tersebut, akan dirasakan oleh seluruh
masyarakat. Baik ekonomi menengah atas, maupun masyarakat bawah. Sebab barang
konsumsi sehari-hari tidak lepas terkena pengaruh dari melemahnya rupiah. Enny
mencontohkan makanan ringan yang produk kemasannya juga berbahan baku impor.
Strategi
Mengatasi Pelemahan Rupiah
Dampak dari pelemahan rupiah kali
ini telah memukul semua sektor. Tak hanya korporasi besar, tetapi juga UMKM
yang telah mengalami keterpurukan akibat melemahnya daya beli masyarakat.
Pelemahan daya beli tersebut, kata
Enny, karena harga bahan pokok mengalami kenaikan. “Betul, ada pengaruh
eksternal dan persoalan eksternal. Tetapi ini juga karena manajemen biaya dari
internal,” katanya.
Seperti diberitakan, Asosiasi
Pertekstilan Indonesia (API) mencatat sebanyak 60.000 pekerja tekstil terpaksa
diberhentikan alias terkena PHK. Pelemahan rupiah menekan laju produksi hingga
35 persen, terutama perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik.
Bahkan, perusahaan tekstil yang berorientasi di pasar domestik sudah banyak
yang berhenti produksi.
Ketua Umum Partai Perindo Hary
Tanoesoedibjo (HT) mengatakan, dampak dari pelemahan rupiah tersebut paling
besar akan dirasakan oleh masyarakat kecil. “Kualitas hidup mereka turun
drastis,” kata HT.
Untuk itu, solusinya adalah
menggalakan investasi dan belanja pemerintah dipercepat. Menurutnya tak ada
jalan lain lagi. “Semua kebijakan dan praktik yg menghambat investasi dan
belanja pemerintah harus dipangkas,” ungkapnya.
Selain itu, bank fokus pada pembiayaan
sektor produktif, bukan konsumtif. “Proyek infrastruktur yang dipegang broker
dan tidak dikerjakan, dialihkan ke BUMN yang relevan agar bisa berjalan,” tutur
pria asal Jawa Timur tersebut.
Dia menambahkan, hal lain yg harus
diantisipasi adalah penerimaan pajak yang akan berkurang banyak akibat lesunya
ekonomi. Untuk itu dibutuhkan alternatif pembiayaan.
Untuk mengatasi pelemahan nilai
tukar rupiah terhadap dolar AS, lanjut HT, ada empat hal yang diperlukan.
Pertama adalah tingkat kepercayaan meningkat. Kedua, nilai ekspor lebih tinggi
dari impor. Ketiga, investasi masuk dari luar dan dalam negeri. Keempat, tidak
terjadi capital flight. “Tidak ada capital flight dari dalam ke luar negeri.
Bahkan sebaliknya yang harus terjadi,” terangnya.
Kepercayaan terhadap pemerintah
penting bagi para pelaku usaha. Sebab, dalam kondisi kepanikan banyak dana
justru akan keluar Indonesia. “Kalau kredibilitas pemerintah ada, maka akan
menimbulkan keyakinan atau menenangkan para pelaku usaha. Minimal kegiatan
spekulasi bisa diredam,” tutur Enny. Menurutnya, mengembalikan kepercayaan
tidak bisa hanya dengan kata-kata, namun harus dibuktikan dengan tindakan.
Berita Terkini : Jokowi
Gencar Imbau Penggunaan Rupiah. Paket Kebijakan Akan Segera Tahan Pelemahan
Rupiah Hari Ini !
Pengusha Diimbau Untuk Pergunakan Rupiah Dalam Segala Transaksi
SMEAKER.COM – Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perbankan turut serta dalam
mengatasi melemahnya Nilai
Tukar Rupiah. Yang terjadi saat ini. Pelemahan Rupiah mamang tak
kunjung memberikan Perkembangan yang baik. Sejumlah
langkah perlu dilakukan Perbankan termasuk mengajak Nasabahnya untuk meyimpan
Dollar AS di Dalam Negeri dan menggunakan Rupiah dalam setiap Transaksi.
Imbauan Presiden Jokowi ini setelah mendengarkan keluhan dari pada
pengusaha yang selama ini diajaknya berdiskusi soal Situasi Ekonomi terkini.
Presiden mengaku mengajak para pengusaha tersebut untuk lebih
mencarikan uang dollarnya di dalam Negeri. Namun pengusaha tersebut Nampak
masih takut dengan Bank.
Jokowi mengatakan alasan Pengusaha tidak Berani mencairkan karena
Takut kalau tidak ditambah fasilitas Kreditdari Bank Tersebut.
Oleh karena itu ia meminta kepada jajaran Direksi bank Perbankan
agar mengajak Nasabah untuk melakukan semua Transaksi menggunakan Rupiah dan
mengurangi penggunaan Dollar.
Pertama para diresi Bank Tersebut
diminta Jokowi untuk mengajak nasabahnya menggunakan Rupiah di dalam nenegri dan tidak di Luar
Negeri. Menurutnya ada nasabah
yang mencairkan tidak di Indonesia namun di Luar Negeri. Jokowi
mengatakan bahwa penting karena Saat Ini Pemerintah Sedang membutuhkan Dollar.
Selain itui Para Direksi Bank Diminta
untuk menyimpan Dollar di dalam perbandakn dalam negeri.
Menurut Jokowi yang dapat membujuk Nasabah adalah Direksi bank yang
bersangkutan.
Kemudain yang ketiga, tutur
jokowi, pengusaha diajak untuk tertib dalam membayar pajak. Pajak memang sudah
menjadi kewajiban Semua sebagai Warga Negara Indonesia.
Saat ini Pemerintah Sedang
Menggodok Paket Kebijakan Untuk menguatkan Rupiah. Nilai Tukar Rupiah Dipastikan akan terus menguat setelah
kemarin sempat Tertekan selama beberapa Hari. Berdasarkan data yang dikutip dariBloomberg pada pukul 09.15 WIB mata Uang Garuda
Menguat ke posisi Rp 14.241 per Dollar AS dibandingkan penutupan kemarin pada
Level Rp 14.280 per Dollar AS.
Menurut Riset Samuel Sekuritas Indonesia bahwa Faktor Negatif Domestik juga
berpeluang terobati jika Paket
Kebijakan Pemerintah yang akan diumumkan bisa mengangkat optimisme pertumbuhan. Menurutnya pelemahanRupiah kan tertahan pada hari ini.
Sumber
: http://www.antaranews.com/berita/518798/pelemahan-rupiah-terpengaruh-perdagangan-dengan-tiongkok
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home